Senin, 26 Juli 2010

Efek Teh Hijau Terhadap Fungsi Kognitif

Teh, merupakan produk yang diambil dari daun pohon Camellia sinensis, merupakan minuman terbanyak kedua dikonsumsi di dunia, sebagaimana kopi, bir, anggur dan minuman ringan berkarbonat. Teh ini merupakan bahan minuman yang asli berasal dari Cina dan menyebar di seluruh dunia sejak 2000 tahun yang lalu. Berdasarkan dari proses pembuatan, teh ini diklasifikasikan menjadi teh non-fermentasi (green tea), semi fermentasi (oolong tea) dan terfermentasi (black dan red tea).


Green tea (teh hijau) merupakan teh non-fermentasi mengandung catechin lebih banyak dari pada black tea (teh hitam) ataupun oolong tea. Secara in-vitro dan in-vivo, cathecin terutama EGCG dengan potensi antioksidan yang kuat. Sebagai tambahan green tea juga mengandung vitamin dan mineral serta antioksidan yang cukup banyak pada teh jenis ini. Sudah sejak lama teh hijau ini digunakan sebagai minuman tradisional yang menyehatkan. Data terbaru dari studi pada manusia menujukkan, green tea mungkin berkontribusi dalam menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler serta



beberapa bentuk kanker. Green tea juga digunakan untuk kesehatan rongga mulut dan juga fungsi-fungsi fisiologis lainnya seperti efek antihipertensi, untuk mengontrol berat badan, aktivitas antibakterial dan antiviral, proteksi terhadap sinar ultraviolet, peningkatan densitas mineral tulang, potensi antifibrosis, dan sebagai sebagai neuroprotektor. Namun konsumsi teh berlebihan adalah lebih disebabkan oleh: (i) adanya kandungan kafein, (ii) adanya kandungan aluminium, (iii) pengaruh polifenol terhadap absorpsi zat besi dalam saluran cerna yang mungkin memberikan efek yang kurang baik bagi beberapa orang.



Salah satu manfaat green tea sebagai neuroprotektor adalah manfaat green tea terhadap fungsi kognitif. Studi pada hewan coba menunjukkan bahwa polifenol yang terkandung di dalam teh (termasuk cathecin dan derivatnya) khususnya dari green tea diperkirakan mempunyai potensi sebagai neuroprotektor yang kuat yang dapat digunakan untuk membantu memperbaiki penyakit-penyakit neurodegeneratif seperi demensia. Cathecin dari geen tea khususnya EGCG merupakan radical scavenger yang mempunyai spektrum mekanisme tingkat seluler yang sangat luas sebagai neuroprotektor ataupun aktivitas sebagai neurorescue. Namun apakah data-data konsumsi green tea tersebut secara klinis memberikan kemaknaan khususnya dalam hal demensia dan penurunan fungsi kognitif pada manusia ?



Suatu studi cross-sectional yang bertujuan untuk menilai manfaat konsumsi green tea pada usia lanjut dalam hal fungsi kognitif telah dilakukan di Jepang. Studi ini melibatkan sebanyak 1003 subyek dengan usia >70 tahun, yang melengkapi quisioner yang digunakan untuk menilai termasuk berapa jumlah konsumsi green tea per harinya. Sedangkan fungsi kognitif dinilai dengan MMSE (Mini - Mental State Examination). Dari stusi cross-scetional tersebut diperoleh hasil bahwa, konsumsi teh khususnya green tea yang tinggi berhubungan dengan rendahnya prevalensi kemunduran ataupun penurunan fungsi kognitif.



ORS (Odds Ratio) penurunan fungsi kognitif berhubungan dengan jumlah green tea yang dikonsumsi dimana 3 cangkir per minggu sebagai referensi, maka ORS masing-masing untuk 4 – 6 cangkir perminggu (1 cangkir per hari), dan 2 cangkir per hari adalah sebesar 0.62 (95% CI: 0.33, 1.19) dan 0.46 (95% CI: 0.30, 0.72) dengan kecenderungan p =0,0006.



Kesimpulan yang disampaikan dari hasil studi disebutkan bahwa konsumsi green tea dengan jumlah yang tinggi



berhubungan dengan rendahnya prevalensi penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar